Sistem Persamaan Lienear Dua Variabel

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

  1. Memahami Konsep Sistem Persamaan Linear Dua variabel
  2. Pengertian Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV)

Sebelum mempelajari sistem persamaan linear dua variabel, terlebih dahulu kita perlu memahami apa itu persamaan linear dua variabel. Persamaan linear dua variabel (PLDV) adalah suatu persamaan yang tepat mempunyai dua variabel dan masing-masing variabelnya berpangkat satu.

Berikut beberapa contoh persamaan linear dua variabel.

Penyelesaian dari persamaan linear dua variabel dapat ditentukan dengan menyubstitusikan (mengganti) suatu nilai ke sebuah variabel, kemudian akan diperoleh nilai variabel yang lainnya. Untuk sebuah persamaan linear dua variabel, terdapat lebih dari satu penyelesaian.

  1. Pengertian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) adalah dua buah PLDV yang saling terkait, dan kedua PLDV tersebut memiliki penyelesaian atau akar yang sama.

Selanjutnya, sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dapat disajikan dalam berbagai bentuk dengan berbagai variabel, misalnya:

Perbedaan antara persamaan linear dua variabel dan sistem persamaan linear dua variabel yaitu sebuah persamaan linear dua variabel (PLDV) mempunyai penyelesaian yang tak berhingga banyaknya. Sementara itu, sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) pada umumnya hanya mempunyai satu pasangan nilai sebagai penyelesaiannya. PLDV adalah sebuah persamaan yang mandiri, artinya penyelesaian PLDV itu tidak terkait dengan PLDV yang lain, sedangakan SPLDV terdiri dari dua PLDV yang saling terkait, dalam arti penyelesaian SPLDV harus sekaligus memenuhi kedua PLDV pembentuknya.

  1. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan Menggambar Grafik

Penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel berupa pasangan berurutan yang merupakan salah satu penyelesaian untuk setiap persamaan. Penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel adalah titik potong grafik dari kedua persamaan.

Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan menggambar grafik, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.

  1. Gambar grafik kedua persamaan dalam satu bidang koordinat.
  2. Perkirakan titik perpotongan kedua grafik.
  3. Periksa titik potong kedua grafik dengan menyubstitusikan nilai x dan y ke dalam setiap persamaan.

Contoh:

  1. Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan

Penyelesaian:

  1. Gambar grafik kedua persamaan.
  • Perhatikan persamaan

Menentukan koordinat dua titik yang terletak pada grafik tersebut. Supaya lebih mudah, untuk persamaan di atas kita menentukan titik potong grafik dengan sumbu X dan sumbu Y.

  • Perhatikan persamaan
  • Grafik dari kedua persamaan tersebut ditunjukkan pada gambar berikut.
  1. Perkirakan titik potong kedua grafik.

Titik potong kedua grafik adalah (6, -2).

  1. Periksa titik potong.

Jadi, penyelesaian dari sistem persamaan tersebut adalah

  1. Tentukan penyelesaian sistem persamaan berikut dengan menggunakan grafik.

Penyelesaian:

  1. Gambar grafik kedua persamaan.
  • Perhatikan persamaan
  • Perhatikan persamaan
  • Grafik dari kedua persamaan tersebut ditunjukkan pada gambar berikut.
  1. Perkirakan titik potong kedua grafik.

Garis sejajar, sehingga tidak mempunyai titik potong.

Jadi, sistem persamaan tidak mempunyai penyelesaian.

CARA MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL

Terdapat 4 metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan SPLDV, yaitu:

1. Metode grafik

Pada metode grafik, kita akan menggambar grafik dari dua buah persamaan yang telah kita buat pada langkah sebelumnya. Cara yang paling mudah untuk menggambar grafik adalah dengan mencari titik potong terhadap sumbu x dan sumbu y. Berdasarkan contoh di atas, kita dapat menentukan titik potong dari masing-masing persamaan sebagai berikut:

penyelesaian spldv metode grafik

 Sehingga, diperoleh titik potong dari kedua garis yaitu (x,y) = (100,170). Sebelumnya, kita telah memisalkan panjang tali dengan variabel x dan tinggi Kumamon dengan variabel y. Jadi, sudah dapat ditentukan nih berapa panjang tali dan juga tinggi si Kumamon itu. YapJawabannya adalah 100 cm untuk panjang tali dan 170 cm untuk tinggi Kumamon.

Bagaimana, mudah, kanMetode grafik ini biasanya berguna jika nilai koefisien dan nilai konstanta dari persamaannya bukan merupakan bilangan bulat, sehingga lebih baik digambar untuk memudahkan mencari nilai x dan y nya.

2. Metode eliminasi

Metode yang kedua adalah metode eliminasi. Metode ini bertujuan untuk mengeliminasi salah satu variabel untuk mengetahui nilai variabel lainnya. Caranya dapat kamu lihat pada contoh di bawah ini. 

penyelesaian spldv metode eliminasi

 Berdasarkan metode eliminasi, diperoleh nilai x = 100 dan y = 170. Jadi, dapat diketahui kalau panjang tali adalah 100 cm dan tinggi badan Kumamon adalah 170 cm. Sampai sini, menurut kamu, lebih mudah pakai metode yang mana, nihHehe

3. Metode substitusi

Metode substitusi bertujuan untuk mengganti nilai suatu variabel di suatu persamaan dari persamaan lainnya. Hah?! Gimana, gimana? Tenang, kalau bingung, caranya dapat kamu lihat ada contoh berikut ini:

penyelesaian spldv metode substitusi

Berdasarkan metode substitusi, diperoleh nilai x = 100 dan y = 170. Jadi, dapat diketahui kalau tinggi badan Kumamon adalah sebesar 170 cm dan tali yang dipakai Kumamon untuk bermain lompat tali adalah 100 cm.

4. Metode gabungan

Metode ini merupakan gabungan dari metode eliminasi dan substitusi. Caranya, kamu dapat menggunakan metode eliminasi untuk mencari nilai x terlebih dahulu, kemudian ganti variabel x dengan nilai x yang sudah diperoleh dengan menggunakan metode substitusi untuk memperoleh nilai y. Paham, nggakYuk, kita simak baik-baik caranya pada contoh di bawah ini!

penyelesaian spldv metode gabungan

Berdasarkan metode gabungan, diperoleh nilai x = 100 dan y = 170. Sehingga, dapat diketahui kalau panjang tali adalah sebesar 100 cm dan tinggi Kumamon adalah 170 cm. Perlu kamu ketahui kalau metode gabungan ini merupakan metode yang paling banyak dipakai untuk menyelesaikan masalah SPLDV.

Nah, kalau kamu perhatikan, dari keempat metode penyelesaian SPLDV di atas, akan diperoleh hasil yang sama. Jadi, bebas sebenarnya mau pakai metode yang mana saja. Meskipun begitu, kamu harus tetap menguasai keempat-empatnya, ya.   

Selanjutnya, kita akan mencari tahu berapa panjang tali yang diperlukan agar Kumamon dapat bermain lompat tali tanpa harus tersangkut di tubuh gemoynya. Jika kamu membaca kembali contoh soal di atas, maka dapat diketahui kalau setidaknya, tali tersebut harus dua kali lebih panjang dari ukuran sebelumnya (2x). Jadi, sudah dapat kita ketahui ya, kalau panjang tali yang diperlukan agar tidak tersangkut di tubuh gemoy Kumamon adalah 2x = 2(100) = 200 cm.

Oke, apa tanggapanmu setelah mempelajari keempat metode penyelesaian SPLDV di atas? Easy bukan? Meskipun kelihatannya panjang dan rumit, tapi jika kamu memperbanyak latihan soal, pasti akan mudah, kok.

Oh iya, bagi kamu yang masih bingung dengan materi ini, jangan ragu untuk tuliskan pertanyaanmu lewat Class room atau lewat WA ke bu guru ya ?

LATIHAN SOAL

1. Perhatikan persamaan-persamaan berikut !
(i) 3p + 5q = 10
(II) 2×2 – 3y = 6
(III) 3y = 5x – 2
(IV) 3x + 5 = 2x – 3y

Yang bukan merupakan persamaan linear dua variabel adalah ….
a. (i)
b. (II)
c. (III)
d. (IV)
Pembahasan:
(i) 3p + 5q = 10 : merupakan PLDV karena terdapat variabel p dan q
(II) 2×2 – 3y = 6 : bukan PLDV karena 2×2 merupakan bagian dari persamaan kuadrat bukan persamaan linear


(III) 3y = 5x – 2 : merupakan PLDV karena terdapat variabel x dan y
(IV) 3x + 5 = 2x – 3y : merupakan PLDV karena terdapat variabel x dan y
Jawaban: b

2. Perhatikan persamaan-persamaan berikut !
(i) 15 – 5x = 23
(II) 5x = 20 – 3y
(III) x2 – y2 = 49
(IV) 3×2 + 6x + 12 = 0

Yang merupakan persamaan linear dua variabel adalah ….
a. (I)
b. (II)
c. (III)
d. (IV)
Pembahasan:
(i) 15 – 5x = 23 : bukan PLDV karena hanya terdapat satu variabel
(II) 5x = 20 – 3y : merupakan PLDV kkarena terdapat variabel x dan y
(III) x2 – y2 = 49 : bukan PLDV karena x2 dan y2 merupakan bagian dari persamaan kuadrat bukan persamaan linear


(IV) 3×2 + 6x + 12 = 0 : bukan PLDV karena terdapat 3×2 merupakan bagian dari persamaan kuadrat bukan persamaan linear
Jawaban: b

3. Rina membeli 3 kg apel dan 2 kg jeruk. Uang yag harus dibayarkan adalah Rp 65.000,00.
Jika diubah menjadi persamaan linear dua variabel, maka pernyataan tersebut menjadi ….
a. 3x + 2y = 65.000
b. 3x – 2y = 65.000
c. 3x + 2y = 65
d. 3x – 2y = 65
Pembahasan:
Misal x = apel
Y = jeruk
Harga 3 kg apel dan 2 kg jeruk = 65.000
Jika dijadikan persamaan linear dua variabel adalah 3x +2y = 65.000
Jawaban: a

4. Seorang pedagang menjual 3 buah pensil dan 5 buah buku seharga Rp 19.500,00.
Jika diubah menjadi persamaan linear dua variabel, maka pernyataan tersebut menjadi ….
a. 3x – 5y = 19.5
b. 3x + 5y = 19.500
c. 3x – 5y = 19.5
d. 3x + 5y = 19.500
Pembahasan :
Misal x = pensil
Y = buku
Harga 3 buah pensil dan 5 buah buku adalah 19.500
Jika dijadikan persamaan linear dua variabel adalah 3x + 5y = 19.500
Jawaban : d
5. Keliling sebuah persegi panjang adalah 64 cm.
Jika diubah menjadi persamaan linear dua variabel, maka pernyataan tersebut menjadi ….
a. 2p – 2l = 64
b. p x l = 64
c. 2p + 2l = 64
d. p + l = 64
Pembahasan :
Rumus keliling persegi panjang = (2 x panjang) + (2 x lebar)
Missal p = panjang
l = lebar
Bentuk persamaan linear akan menjadi : 2p + 2l =64
Jawaban : c

6. Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan x + y = 12, x – y = 4 adalah ….
a. { 4 , 8 }
b. { 12 , 4 }
c. { 4 , 12 }
d. { 8 , 4 }

https://3.bp.blogspot.com/-HMpDVOtcYo8/XJsPIhO4AXI/AAAAAAAAJs0/tZfEd0MjbdclGQjGhbqGGdKwrEIMpjBygCLcBGAs/s1600/Soal-PLDV-1.jpg

7. Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan x – y = 6, x + y = 10 adalah ….
a. {8 , 2}
b. {2 , 8}
c. {6 , 10}
d. {10 , 6}

https://1.bp.blogspot.com/-DRZSMSkgzyM/XJsP1cKv1RI/AAAAAAAAJs8/-2evMaQ_mewvcARdZSILNKQITl8vvGRbwCLcBGAs/s1600/Soal-PLDV-2.jpg

8. Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan 2x – 5y = 1, 4x – 3y = 9 adalah ….
a. {1, 3 }
b. {2, 5 }
c. {3, 1 }
d. {4, 3 }

https://4.bp.blogspot.com/-wDxa9uPJSMs/XJsQ3d-f9UI/AAAAAAAAJtI/iRUTpnKV01w9WZ2WOCN8CHr_kHSbUlqLACLcBGAs/s1600/Soal-PLDV-3.jpg

9. Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan 2x – y = 4, -2x – 3y = -4 adalah ….
a. {4 , -4}
b. {2 , 0}
c. {2 , 3}
d. {2 , -2}

https://3.bp.blogspot.com/-lnFvoxEF2dw/XJsR0lRl9gI/AAAAAAAAJtQ/aDEA6TaNG9IG3LMXix8xDLaldyv1r4DIwCLcBGAs/s1600/Soal-PLDV-4.jpg

10. Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan 4x = 5y, 3y = 7 – 5x adalah ….
a. {-35/13 , -28/13}
b. {28/13, 35/13}
c. {-28/13, -35/13}
d. {35/13 , 28/13}

https://1.bp.blogspot.com/-8s06mrIwC4M/XJsSiZpCF-I/AAAAAAAAJtY/ypfS4nLOyzke66Cj6z7Jq1TD4O6YRMT0gCLcBGAs/s1600/Soal-PLDV-5.jpg

DAFTAR PUSTAKA

Adinawan, M. Cholik dan Sugijono. 2013. Matematika SMP Jilid 2B Kelas VIII Semester 2. Jakarta: Erlangga

As’ari, Abdur Rahman, et. al. 2017. Buku Siswa Matematika untuk SMP/MTs Kelas VIII Semester 1 Edisi Revisi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Relasi dan Fungsi

KOMPETENSI DASAR

3.3. Mendeskripsikan dan menyatakan relasi dan fungsi dengan menggunakan berbagai

representasi (kata-kata, tabel, grafik, diagram, dan persamaan).

4.3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan relasi dan fungsi dengan

menggunakan berbagai representasi.

BAB 3

RELASI DAN FUNGSI

Memahami Relasi

Perhatikan bagan silsilah keluarga berikut

Gambar 3.1 Bagian Silsilah Keluarga

Gambar 3.1 menunjukkan silsilah keluarga Bapak Madhuri dan Ibu Marhawi. Tanda panah menunjukkan hubungan “mempunyai anak”. Empat anak Pak Madhuri dan Bu Marhawi adalah Sulastri, Idris, Halim, dan Tohir.

Jika anak-anak Pak Madhuri dan Bu Marhawi dikelompokkan menjadi satu dalam himpunan A, maka anggota himpunan A adalah Sulastri, Idris, Halim, dan Tohir.

A = {Sulastri, Idris, Halim, Tohir}

Sedangkan cucu-cucu dari Pak Madhuri dan Bu Marhawi dapat dikelompokkan dalam himpunan B, maka anggota himpunan B adalah Wafi, Faisal, Alu’, Risqi’, Alvin, Najwa, dan Suci.

B = {Wafi, Faisal, Alu’, Risqi, Alvin, Najwa, Suci}

Hubungan anggota himpunan B ke anggota himpunan A memiliki hubungan keluarga (relasi) “anak dari”. Sedangkan hubungan anggota himpunan B dengan Pak Madhuri dan Bu Marhawi memiliki relasi “cucu dari”.

Kedua bentuk hubungan yang telah diuraikan, merupakan salah satu bentuk hubungan yang dapat dibuat. Coba sekarang kalian temukan bentuk-bentuk hubungan yang mungkin dari silsilah keluarga dari Gambar 3.1.

Untuk mengetahui hubungan atau relasi antara dua himpunan, perhatikan video berikut

Setelah melihat video silahkan kerjakan soal Latihan soal berikut

  1. Buatlah diagram Kartesius dari relasi “satu lebihnya dari” himpunan

{2, 3, 5, 9, 12} ke himpunan {1, 4, 7, 10, 13}.

2. Diketahui A = {2, 6, 8, 9, 15, 17, 21} dan B = {3, 4, 5, 7}. Nyatakanlah hubungan dari himpunan A ke himpunan B sebagai relasi kelipatan dari dengan menggunakan diagram panah.

Kegiatan 3.2

Memahami Ciri-ciri Fungsi

Fungsi merupakan salah satu konsep penting dalam matematika. Dengan mengenali fungsi atau hubungan fungsional antar unsur-unsur matematika, kita bisa lebih mudah memahami suatu permasalahan, dan menyelesaikannya. Oleh karena itu, memahami fungsi merupakan hal yang sangat diharapkan dalam belajar matematika.

Pertama kali, mari kita pelajari ciri-ciri dari suatu fungsi. Perhatikan aturan membuat sandi sebagai berikut.

Aturan 1:

Aturan 2:

Aturan 3:

Aturan 4:

Perhatikan pula kata-kata berikut.

  1. Selidiki
  2. Siapa
  3. Sebenarnya
  4. Udin

Dengan menggunakan aturan-aturan di atas, setiap kata tersebut akan berubah menjadi sandi. Supaya kalian tidak hanya membayangkan, coba lengkapi tabel berikut (boleh ditulis di kertas kerja terpisah), dan coba amati sandi yang mungkin dihasilkan.

Tabel 3.4 Daftar kata sandi

Perhatikan dengan saksama apakah kata sandi setiap kata bersifat tunggal? Maksudnya: “Apakah setiap kata disandikan hanya dengan satu ‘sandi’ saja?

Kalau kalian mengerjakan dengan sungguh-sungguh, beberapa sandi yang mungkin dihasilkan dapat dilihat pada tabel berikut.

Coba lengkapi tabel di atas.

Masalah 3.4

Aturan yang menghubungkan himpunan {A, B, C, …, Z} ke himpunan

{a, b, c, …, z} merupakan fungsi dari himpunan {A, B, C, …, Z} ke himpunan

{a, b, c, …, z}. Demikian pula dengan aturan yang menghubungkan himpunan{A, B, C, …, Z} ke himpunan {a, b, c, d}; dan aturan yang menghubungkan himpunan {A, B, C, …, Z} ke himpunan {0, 1, 2, 3, 4,

5, 6, 7, 8, 9}.

Akan tetapi, sebaliknya, aturan yang menghubungkan himpunan{a, b, c, d} ke himpunan {A, B, C, …, Z} adalah bukan fungsi dari himpunan {a, b, c, d} ke himpunan {A, B, C, …, Z}. Aturan yang menghubungkan himpunan {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9} ke himpunan {A, B, C, …, Z} juga bukan merupakan fungsi.

Sebagai generasi muda yang kritis dan kreatif, tentu kalian harus mempertanyakan. Sebagai contoh, kalian bisa mengajukan pertanyaan:

  1. Agar suatu aturan bisa disebut fungsi dari himpunan A ke himpunan B, apa saja syarat yang harus dipenuhi?
  2. Jika suatu aturan merupakan fungsi dari himpunan A kepada himpunan B, apakah kebalikannya juga merupakan fungsi dari himpunan B ke himpunan A?

Sekarang, coba buat minimal tiga pertanyaan lagi tentang fungsi. Upayakan pertanyaan kalian memuat sedikitnya kata-kata:“semua anggota himpunan A”, “semua anggota himpunan B”, dan/atau “fungsi dari himpunan A ke himpunan B”.

Alternatif Pemecahan Masalah

Ayo Kita Amati

Aturan 1 sampai dengan aturan 4 pada Kegiatan 3.2 adalah relasi. Akan tetapi, aturan-aturan penyandian tersebut bukan hanya sekadar relasi. Aturan itu lebih tepat disebut sebagai fungsi dari himpunan {A, B, C, D, …, Z} ke himpunan {a, b, c, d,…, z}, atau dari himpunan {A, B, C, D,…, Z} ke himpunan {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, atau dari himpunan {A, B, C, D,…, Z} ke himpunan {a, b, c, d}.

Untuk memahami konsep fungsi, perhatikan dengan saksama kasus-kasus berikut.

Misalkan kita mempunyai dua himpunan, yaitu: A = {1, 2, 3} dan himpunan B = {a, b}. Berikut beberapa relasi yang mungkin terjadi antara anggota- anggota himpunan A dengan anggota-anggota himpunan B (masih banyak yang tidak dituliskan di sini).

1. {(1, a)}

2. {(1, b)}

3. {(2, a)}

4. {(2, b)}

5. {(3, a)}

6. {(3, b)}

7. {(1, a), (2, b)}

8. {(1, a), (3, b)}

9. {(1, b), (2, a)}

10. {(1, b), (3, a)}

11. {(2, a), (3, b)}

12. {(2, b), (3, a)}

13. {(1, a), (2, a), (3, a)}

14. {(1, a), (2, a), (3, b)}

15. {(1, a), (2, b), (3, a)}

16. {(1, a), (2, b), (3, b)}

17. {(1, b), (2, b), (3, b)}

18. {(1, b), (2, b), (3, a)}

19. {(1, b), (2, a), (3, b)}

20. {(1, b), (2, a), (3, a)}

Dari 20 relasi di atas, yang bisa dikategorikan sebagai fungsi dari himpunan A ke himpunan B adalah relasi nomor 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, dan 20. Jadi, hanya ada sebanyak 8 fungsi. Selebihnya, dari contoh di atas, tidak memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai fungsi dari A ke B.

Untuk memahami ciri-ciri dari suatu fungsi, sebaiknya perhatikan uraian berikut. Himpunan pasangan berurutan yang bisa menjadi fungsi dari B = {a, b} ke A = {1, 2, 3} adalah:

{(a, 1), (b, 1)}

{(a, 1), (b, 2)}

{(a, 1), (b, 3)}

{(a, 2), (b, 1)}

{(a, 2), (b, 2)}

{(a, 2), (b, 3)}

{(a, 3), (b, 1)}

{(a, 3), (b, 2)}

{(a, 3), (b, 3)}

Dalam konteks fungsi dari himpunan A ke himpunan B, maka himpunan A disebut Daerah Asal atau Domain dan himpunan B disebut dengan Daerah Kawan atau Kodomain dari fungsi tersebut. Sedangkan himpunan bagian dari himpunan B yang semua anggotanya mendapat pasangan di anggota himpunan A disebut Daerah Hasil atau Range

Contoh 3.1

Kalau himpunan pasangan berurutan {(1, a), (2, a), (3, a)} merupakan fungsi dari {1, 2, 3} ke {a, b}, maka domain dan kodomain dari fungsi ini berturut- turut adalah {1, 2, 3} dan {a, b}.

Contoh 3.2

Kalau himpunan pasangan berurutan {(a, 3), (b, 1)} merupakan fungsi dari

{a, b} ke {1, 2, 3}, maka domain dan kodomain dari fungsi ini berturut-turut adalah {a, b} dan {1, 2, 3}.

Mungkin kalian bertanya, “lho…pada fungsi {(1, a), (2, a), (3, a)}, seperti pada Contoh 3.1, sama sekali tidak disebut huruf b. Mengapa kodomain nya tetap {a, b}? Mengapa tidak {a} saja?”.

Pertanyaan kalian ini penting.

Dalam konteks fungsi {(1, a), (2, a), (3, a)} dari {1, 2, 3} ke {a, b}, himpunan semua anggota kodomain yang menjadi pasangan dari anggota-anggota himpunan domain memiliki istilah tersendiri, yaitu daerah hasil atau Range.

Jika f = {(1, a), (2, b), (3, b)} adalah fungsi dari {1, 2, 3} ke himpunan {a, b}, maka f(1) = a.

Bentuk terakhir ini dibaca dengan “bayangan dari 1 oleh fungsi f adalah a” atau “nilai dari f(1) adalah a”.

Jika kita cari nilai dari setiap anggota domain, diperoleh f(1) = a, f(2) = b, dan

f(3) = b. Jika dikumpulkan semuanya ini, {f(1), f(2), f(3)} = {a,b}.

Himpunan semua nilai fungsi atau himpunan semua bayangan inilah yang disebut dengan daerah hasil atau Range.

Karena itu, pada konteks fungsi {(a, 3), (b, 1)} dari {a, b} ke {1, 2, 3}, domainnya adalah {a, b}, kodomainnya adalah {1, 2, 3}, dan rangenya adalah

{1, 3}

Contoh 3.3

Misalkan A = {1, 2, 3, 4, 5} dan B = {2, 3, 5, 7}. Relasi yang didefinisikan

adalah “satu lebihnya dari”. Apakah relasi dari A ke B termasuk fungsi?

Alternatif Penyelesaian

Untuk mengetahui apakah relasi dari A ke B termasuk fungsi atau bukan, lakukan prosedur berikut.

Diketahui relasi dari A ke B adalah “satu lebihnya dari”, maka relasi ini bisa dituliskan dalam bentuk himpunan pasangan berurutan: {(3, 2), (4, 3)}.

Coba kita perhatikan beberapa anggota A yang tidak bisa dipasangkan ke B. Beberapa anggota A yang tidak mempunyai pasangan di B adalah 1, 2, dan 5.

Hal ini karena tidak ada bilangan x di B demikian sehingga “1 itu satu lebihnya dari x di B”, “2 itu satu lebihnya dari x di B”, atau “5 itu satu lebihnya dari x di B”. Dengan demikian relasi ini bukan fungsi dari A ke B, karena ada anggota A yang tidak mempunyai pasangan di B.

Contoh 3.4

Misalkan A = {2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16}, B = {1, 5, 9}

Relasi yang didefinisikan adalah “anggota A dua kali anggota B”. Apakah relasi dari A ke B termasuk fungsi?

Alternatif Penyelesaian

Untuk mengetahui apakah relasi dari A ke B termasuk fungsi atau bukan, lakukan prosedur berikut.

Diketahui relasi dari A ke B adalah anggota A dua kali anggota B, Maka dapat dituliskan dalam bentuk pasangan berurutan sebagai berikut: {(2, 1), (10, 5)}.

Coba kita perhatikan kembali beberapa anggota A lainnya yang tidak mempunyai pasangan ke B, yakni:

Beberapa anggota A yang tidak mempunyai pasangan di B adalah 4, 6, 8, 12, 14, dan 16.

Hal ini karena tidak ada bilangan x di B demikian sehingga “4 dua kali anggota B”, “6 dua kali anggota B”, “8 dua kali anggota B”, “12 dua kali anggota B”, “14 dua kali anggota B”, dan “16 dua kali anggota B”.

Dengan demikian relasi ini juga bukan fungsi dari A ke B, karena ada beberapa anggota A yang tidak mempunyai pasangan di B.

Ayo Kita Menalar

Perhatikan contoh dan bukan contoh fungsi dan relasi dari himpunan

A = {1, 2, 3} ke himpunan B = {a, b} berikut.

Tabel 3.5 Contoh fungsi dan bukan fungsi

Coba kita pusatkan perhatian kita kepada dua hal berikut.

  1. Apakah setiap anggota A dipasangkan dengan anggota di B?,
  2. Berapa anggota B yang dihubungkan dengan satu anggota A?

3.3 Memahami Bentuk Penyajian Fungsi

Untuk menyajikan suatu fungsi caranya sama seperti menyajikan suatu relasi, karena fungsi merupakan bentuk khusus dari suatu relasi.

Ada 5 cara dalam meyajikan suatu fungsi :

  1. Himpunan Pasangan Berurutan
  2. Diagram Panah
  3. Dengan Persamaan Fungsi
  4. Dengan Tabel
  5. Dengan Grafik

CONTOH :

Misalkan f adalah fungsi dari himpunan ke himpunan yang didefinisikan dengan pasangan berurut . Fungsi ini dapat dinyatakan dalam 5 cara, yaitu :

  1. Himpunan pasangan berurutan
  1. Diagram panah
  1. Dengan persamaan fungsi

Dari himpunan pasangan berurutan didapat :

Jika anggota A kita sebut dan anggota B kita sebut , maka

Dari kita dapatkan

Bentuk ini biasa ditulis dengan ,untuk setiap inilah yang dinyatakan sebagai persamaan fungsi

  1. Dengan tabel

Dari himpunan pasangan berurutan jika dinyatakan dalam tabel, sebagai berikut :

  1. Dengan grafik

Dari himpunan pasangan berurutan jika dinyatakan dalam grafik sebagai berikut :

Latihan Soal :

Misalkan adalah fungsi dari himpunan bilangan asli ke himpunan bilangan real R dengan persamaan

Nyatakan fungsi di atas dengan cara :

  1. Pasangan berurutan
  2. Diagram panah
  3. Tabel
  4. Grafik

3.4 Memahami Korespondensi Satu Satu

Korespondensi satu-satu adalah relasi atau fungsi yang memetakan atau memasangkan setiap anggota dari himpunan A pada tepat satu anggota B dan setiap anggota himpuan B pada tepat satu anggota A.

Banyak anggota himpunan A dan B harus sama atau n (A) = n (B).

Contoh :

  1. Perhatikan diagram panah berikut :
D:\SMP N 2 Bojongsari\LPMP\diagram korespondensi.jpg

Dari diagram panah tersebut, yang merupakan korespondensi satu satu adalah diagram 1, 3, 4, dan 5. Alasannya adalah setiap anggota himpunannya masing-masing memiliki tepat 1 pasangan.

  1. Perhatikan himpunan pasangan berurutan berikut :

Dari himpunan pasangan berurutan tersebut yang merupakan korespondensi satu – satu adalah himpunan pasangan berutuan (iii), (iv), dan (vi). Alasannya adalah :

(iii) anggota himpunan nya tidak ada yang berulang pada himpunan yang sama. Himpunan pertama beranggotakan {5,6,7}, dan anggota himpunan yang kedua beranggotakan {6,7,5}

(iv) anggota himpunan nya tidak ada yang berulang pada himpunan yang sama. Himpunan pertama beranggotakan {1,2,3}, dan anggota himpunan yang kedua beranggotakan {1,2,3}

  1. anggota himpunan nya tidak ada yang berulang pada himpunan yang sama. Himpunan pertama beranggotakan {a,b,2}, dan anggota himpunan yang kedua beranggotakan {a,b,2}

Untuk menghitung jumlah atau banyaknya korespondensi yang dapat dibentuk dari dua himpunan yang memiliki jumlah anggota yang sama misalkan n anggota dapat menggunakan rumus

n x (n-1) x (n-2) x …..x 3 x 2 x 1 atau sering dinotasikan dengan n! (dibaca n faktorial)

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh soal berikut!

Contoh :

Diketahui A = {himpunan huruf pembentuk kata CERIA} dan B = {himpunan huruf vokal}. Berapakah banyak korespondensi satu-satu yang dapat dibentuk dari himpunan A dan himpunan B?

Jawab:

A = {C, E, R, I, A}

n(A) = 5

B = {a, i, u, e, o}

n(B) = 5

Banyak korespondensi satu-satu = 5 x 4 x 3 x 2 x 1 = 120

Jadi, banyak korespondensi satu-satu yang dapat dibentuk oleh himpunan A dan himpunan B adalah 120 buah

Kalian juga bisa simak melalui tautan berikut :

https://www.madematika.net/2017/10/mengenal-korespondensi-satu-satu-dan.html

Kemudian lengkapilah tabel berikut.

Tabel 3.6 Pernyataan fungsi dan bukan fungsi

Tuliskan simpulan kalian pada lembar pengamatan kalian.

Sekarang coba kalian terapkan simpulan tersebut untuk memeriksa apakah himpunan pasangan berurutan berikut merupakan fungsi dari himpunan B = {a, b} ke himpunan A = {p, q, r, s} atau tidak?

1. {(a, p), (b, p)}

2. {(a, p), (b, q)}

3. {(a, p), (b, r)}

4. {(a, q), (b, s)}

5. {(a, q), (a, r)}

6. {(a, r), (b, r)}

7. {(b, s), (b, r), (a, p)}

8. {(a, p), (b, q), (a, r)}

Ayo Kita Berbagi

Tulislah simpulan kalian tentang ciri-ciri dari fungsi A ke B, dan hasil pemeriksaan kalian terhadap 8 soal di atas.

Pertukarkan tulisan tersebut dengan teman sebangku. Secara santun, silakan saling berkomentar, menanggapi komentar, memberikan usul dan menyepakati ide-ide yang paling tepat.

Sedikit Informasi

Coba kalian ingat kembali pelajaran materi himpunan di kelas 7, kemudian perhatikan uraian berikut.

Relasi adalah aturan yang menghubungkan anggota-anggota dua himpunan. Akan tetapi, seperti diuraikan di atas, relasi dari himpunan A ke himpunan B tidak selalu berupa fungsi. Relasi tidak memaksakan semua anggota Domain dipasangkan. Relasi juga tidak memaksakan bahwa banyak pasangan dari setiap unsurnya harus tunggal. Relasi merupakan konsep yang lebih longgar dibandingkan fungsi. Karena itu, setiap fungsi adalah relasi, tetap tidak setiap relasi merupakan fungsi.

Berikut disajikan beberapa contoh fungsi yang mungkin bermanfaat bagi kalian.

Contoh 3.5

Pada peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus misalnya, sering orang membuat pola potongan kertas yang disusun selang seling merah, putih, merah, putih, dan seterusnya. Orang menulisnya dengan merah, putih, merah, putih, merah, putih, …

Pola yang terjadi ini juga sebenarnya merupakan fungsi dari himpunan bilangan asli ke himpunan potongan kertas warna merah dan warna putih. Secara formal, barisan ini nantinya ditulis sebagai {(1, merah), (2, putih), (3, merah), (4, putih), (5, merah), …}.

Contoh 3.6

Pada waktu belajar tentang barisan bilangan, kita juga banyak belajar tentang fungsi dengan domain himpunan semua bilangan asli. Barisan bilangan kuadrat bisa ditulis dalam bentuk himpunan pasangan berurut {(1,1), (2,4), (3, 9), (4, 16), …}.

Contoh 3.7

Ketika belajar tentang hubungan antara harga barang dan banyaknya barang yang laku dijual, terutama kalau dinyatakan dalam bentuk persamaan linear y = mx + n, sebenarnya kita juga belajar fungsi.

Contoh 3.8

Dalam rangka menarik pelanggan untuk berinvestasi di perusahaan X, manager perusahaan itu menyampaikan rumus laba yang bisa diperoleh dari penjualan barangnya dengan rumus sebagai berikut: misalnya l = 25.000b – 5.000, dengan b menyatakan banyaknya barang yang laku, dan l besar laba yang diperoleh. Rumus ini menyatakan fungsi dari banyaknya barang yang laku (b) dengan besar laba yang diperoleh (l).

Ayo Kita Berlatih 3,2

Kerjakanlah soal-soal berikut.

  1. Perhatikan aturan sandi di bawah ini.

Tulislah arti pesan sandi berikut.

a. gkqfuzxqax qrqsqi uxkxax atzoaq ro kxdqi

b. uxkxax qrqsqi gkqfuzxqax ro ltagsqi

Sandikan pesan berikut.

c. SAYA ANAK INDONESIA

d. MATEMATIKA ADALAH KEHIDUPANKU

2. Diketahui P = {1, 2, 3, 4, 6} dan Q = {2, 4, 6, 8, 10, 12}.

a. Jika dari P ke Q dihubungkan relasi “setengah dari”, tentukan himpunan anggota P yang mempunyai pasangan di Q.

b. Jika dari Q ke P dihubungkan relasi “kuadrat dari”, tentukan himpunan anggota Q yang mempunyai pasangan di P.

Pengumuman Hasil PPDB SMPN 3 Kutasari

Assalammualaikum. Wrwb.

Ibu Bapak orang tua / wali Calon Peserta Didik (CPD) SMPN 3 Kutasari yang berbahagia

Kami umumkan Calon Daftar Peserta Didik *Diterima* sebagai Peserta didik SMP Negeri 3 Kutasari Tahun Pelajaran 2021/2022 sebagai berikut:

JALUR ZONASI

  1. MUTMAENATUN NISA
  2. TYAS DWIYANTI
  3. SINTA
  4. ANISA ARYANI
  5. SITI MARFUAH
  6. WAHMAN
  7. ALDI SETIAWAN
  8. KEFIN NOFA SAPUTRA
  9. DAFA JULIANTO
  10. TEGAR
  11. DANU LUKIANSYAH
  12. TRI SELFIANA
  13. Khurotul ‘ain
  14. A’ISYA NUR ROIHANAAH
  15. TURIMAN
  16. BAYU NUR HIDAYAH
  17. ADE SAHAN SAPUTRA
  18. MELSA SUGIANTI
  19. Ayu Rahmawati
  20. Lusiana Safitri
  21. RIDA AYU DEWI ANGGITA
  22. RATNA AL KHALIFAH
  23. ANDRIAN
  24. ANWAR FAUZAKI
  25. Laila Salsabila
  26. Juanda Arafi
  27. DINA MAULANA MUTMAINAH
  28. TRI ANGGI SAPUTRA
  29. EGI DWI KURNIAWAN
  30. KHARUNA MUBAROKAH
  31. IQBAL SYAEFUDIN
  32. HANIK AUFA MUSYAFA
  33. DIDI PRANOWO
  34. Rendi Dwi Oktaviano
  35. Zahran Aditya Rasyad
  36. Muhamad Azhril Afriza
  37. Rivana Destia Putri
  38. Rianti
  39. Liana Istikomah
  40. Sesa Kurniawan
  41. Julia Tanti
  42. Lailatul Fitria
  43. Wahyu Hidayat
  44. Nur Kholifah
  45. Ferlina Nur Fadilah
  46. Nailul Mufid Hanifudin
  47. Isnaeni Nur Assifa
  48. Radito Trian Yuliano
  49. APRILLIANO .M. SYARIPUDIN
  50. Febi Yuli Ayanti
  51. NENDI
  52. BAROKAH
  53. RAHMALISA NUR’AENI
  54. KESYA NOFANA PUTRI
  55. SULIS SETIANINGSIH
  56. JEHAN NURSETIAWAN
  57. FEBI NUR LIAWATI
  58. ROFIK
  59. SELFI SAPUTRI RAHAYU
  60. LISA RAHAYU
  61. ENGGAR SUBEKTI
  62. SIGIT NURMUTAQIN
  63. NABILA SAHRANI
  64. BAYU SAPUTRA
  65. TIARA FARDILAH
  66. FIKI ROMADONI
  67. KHOLILOSA
  68. SIFATUL HASANAH
  69. JUNIOR BINTANG PRATAMA
  70. Selfia Ningsih
  71. Muhammad Al Wanul Arda
  72. Kartika
  73. Ria Rahayu

 JALUR PRESTASI

  1. SEKAR MAILA HANA
  2. Muhammad Dafa Wahyu Riskianto
  3. Sukyati
  4. Diah Ratnaningrum
  5. Marlina
  6. AUDINA RAMADANI
  7. Melisa
  8. Wiliarti
  9. DEWI PUTRI ARINI
  10. Dika Saputra
  11. Suswiarti
  12. Slamet Riyadi
  13. Avrillio Banyu Galesso
  14. Danu Sulisno
  15. Putri Hestika
  16. Nur Hikmal

JALUR AFIRMASI

  1. Zara Ari Triliastuti
  2. Ufit Cinta Fitriana
  3. Silfa Triana
  4. Nafikhatul Aisyah
  5. Desta Aji Pangestu
  6. Jeni Kurniawan
  7. Rahma Lia Aisyah
  8. REVA MUTIANA
  9. MISWATI
  10. Alan Rendi Permana
  11. Mart Bella Hetri Setiyana
  12. MERI FEBRIANTI
  13. NURUL SAFINGAH
  14. ULFATIMAH
  15. YANTI
  16. KIARA UTAMI PUTRI
  17. ISNAN SETIONO
  18. RAHMAT SUCIPTO
  19. PUTRI SAFIRA
  20. NARITI

Informasi Penting

  • Daftar tersebut diperoleh dari sistem PPDB online SMP kabupaten Purbalingga
  • Bagi calon peserta didik yang belum tercantum, segera menghubungi panitia PPDB SMPN 3 Kutasari.

Pengumuman ini juga dapat di akses di laman: https://ppdbpurbalinggakab.id/

Selanjutnya, bagi siswa yang diterima, mohon untuk hadi di sekolah hari ini Rabu, 7 Juli 2021 antara pukul 09.00 s.d 12.00 dengan tetap *menjaga* *prokes* untuk mengisi daftar hadir, mengambil form biodata dan surat pernyataan